SkyWay dinilai sebagai salah satu teknologi yang cocok untuk transportasi di Indonesia. |
Teknologi transportasi dunia berkembang pesat. Saat kita terbuai dengan pembangunan mass rapid transit (MRT) dan light rail transit (LRT) ternyata sudah ada teknologi yang diklaim lebih modern lagi.
Teknologi yang dimaksud bukan Hyperloop yang dibangun oleh pendiri SpaceX dan Tesla Motors. Juga bukan teknologi SkyTran milik perusahaan Israel yang disokong NASA.
Nama teknologinya adalah SkyWay. Kenapa diklaim lebih baik dari teknologi transportasi yang sudah eksis dan yang masih dalam pengembangan? Jawabannya ialah karena SkyWay lebih efisien ketimbang teknologi transportasi lainnya.
Dibandingkan Hyperloop, SkyWay lebih murah dan efisien 10-15 kali lipat. Sedangkan dikomparasi dengan SkyTrain, SkyWay lebih murah dan efisien 3-5 kalinya.
“Saat ini kami memulai project di beberapa negara, seperti Australia, India, Indonesia, UEA, dan Mongolia. Di Asia Tenggara kami juga mendapat tawaran dari Malaysia, Thailand, dan Filipina,” kata Madinatul Fadhilah, Country Director PT SkyWay Technologies Indonesia di Jakarta, Senin malam (6/11/2017).
Madinatul Fadhilah menjelaskan, perusahaannya merupakan sister company dari sebuah perusahaan teknik dari Belarusia yakni SkyWay Techonologies, Co. Mereka menawarkan teknologi SkyWay yakni inovasi modern dalam bidang transportasi berupa elevated railways.
“Elevated railways dan rolling stock yang kami produksi ditujukan penggunaannya untuk manusia dan barang. Dalam angkutan manusia ada beberapa varian dan rolling stocks, mulai dari kapasitas dua orang (VIP) hingga massal dengan kecepatan 500 kilometer per jam,” paparnya.
Lebih lanjut dikatakan, untuk layanan kargo ada beberapa tipe yang bisa diaplikasikan. Misalnya, kargo hasil perkebunan, hasil perikanan, kargo secara umum, kontainer pelabuhan, dan kargo hasil tambang.
Disinggung perbedaan dengan teknologi kompetitor, Madinatul Fadhilah mengungkapkan, pembedanya adalah system elevated memungkinkan pemerintah atau investor meminimalisir penggunaan lahan dan konflik pertanahan. Kemudian frekuensi layanan yang tinggi dengan kapasitas minimum.
“Imbasnya waktu tunggu di stasiun (halte) menjadi lebih singkat, kenyamanan penumpang lebih terjamin. Bedanya lagi prestressed tention pada string railways memungkinkan track SkyWay lebih kuat, kaku, dan bisa menempuh berbagai kemiringan lahan,” sebutnya.
Pilarnya, sambung dia, bisa berjarak 400 meter-5 kilometer, serta sanggup dipasangkan diberbagai jenis terain dan suhu (laut, sungai, rawa, tropis, salju, dan lainnya). “Nilai plusnya, string trail dilengkapi dengan pipa yang di dalamnya mampu mengantarkan pasokan gas, listrik, air, dan fiber optik. Teknologi kami sangat ramah bumi karena konsumsi energinya sangat rendah karena menggunakan teknologi terbarukan, misalnya tenaga matahari dan angin,” tandasnya.
Melalui keunggulan di atas, kata dia, capital expenditure (capex) atau belanja modal bisa ditekan lebih rendah 5-10 kali daripada moda transportasi lainnya. Sedangkan operating expenditure (opex) 7-10 kali lebih kecil ketimbang teknologi transportasi lainnya.
Madinatul Fadhilah mengatakan, research and development perusahaan didukung oleh Crowd Investment yang tak hanya memberikan semangat kepada perusahaan dari sisi keuangan, tapi juga secara moral. Karena didukung oelh 400.000 angel investor di seluruh dunia, lintas benua, agama, dan lintas kebudayaan.
Mengenai jaminan keselamatan pengguna, dia menegaskan, teknologi yang ada terstandardisasi oleh otoritas Rusia. “Unit yang ada sudah mengantisipasi kemungkinan terburuk, bahkan serangan teroris sekalipun. Jadi jangan khawatir,” ucapnya.
Teknologi SkyWay ditemukan oleh Dr Anatoly Yunistky, peraih Nobel Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Habitat pada 2000 untuk konsep linear city yang memiliki ratusan paten. Inovasinya pun mendapatkan Golden Chariot Award dalam kategori kereta terinovatif sepanjang masa.
Saat ini SkyWay telah menjalin kerja sama dengan Program Desa Emas. “Program nasional yang menjadikan desa sebagai poros pembangunan bangsa. Desa yang mandiri, bermartabat, dan berdaya saing global. Sekarang ini hampir 2.000 desa dinominasikan sebagai Desa Emas dan kami adalah satu-satunya patner teknologi transportasi yang dapat menjawab tantangan itu,” pungkasnya.
Sementara itu, Rudolf, advisor dari PT SkyWay Technologies Indonesia berpendapat, dirinya sangat mendukung pembangunan infrastruktur yang masif di Tanah Air. “Ada yang bilang terlalu cepat, saya bilang kalau tidak sekarang, kapan lagi? Tetapi sebaiknya teknologi yang diambil adalah teknologi terbaru. Bukan juga teknologi yang sudah ada, karena kita harus berpikir ke depan,” katanya.
(mim)
Sumber : www.sindonews.com